Selasa, 26 Oktober 2010

dan saya adalah seorang penjahat

Aku membenci arsitek. 
Arsitek begitu sombong merusak alam. Kenapa tidak memilih pekerjaan mulia seperti dokter yang membantu menyehatkan orang yang sakit? Atau, kenapa tidak memilih pekerjaan polisi yang membantu menertibkan jahat? Atau,  kenapa tidak memilih pekerjaan guru atau dosen yang sudah pasti membantu mencerdaskan bangsa? Kenapa begitu sombongnya dengan ilmu dan kemampuan yang dipunya merusak alam dengan membangun bangunan yang memakan korban?
Apakah karena dengan menjadi arsitek, sudah di pastikan orang tersebut sukses di masa mendatang dengan memiliki proyek dan tender milyaran rupiah? Apakah karena kebanggaan mampu menguasai program autocad, sketch up, 3d max, SAP, hingga dengan mudahnya merancang suatu bangunan hanya dalam hitungan detik? Apakah karena modernisasi dewasa ini membuat si penjahat begitu berlomba lomba mendirikan bangunan seunik dan sekreatif mungkin lalu secara perlahan menghilangkan alam yang di ciptakan Tuhan? Apakah karena keserakahan yang membuat orang bersaing untuk meningkatkan derajat hidup dengan memiliki usaha property yang beromset banyak?
Arsitek itu jahat
Membuka lahan dan menebang pohon yang berada di tapak tersebut tanpa menyisakan sedikit lahan untuk area penghijauan dan serapan air hujan. Mengubah tanah subur dengan semen tidak serap air yang membuat banjir. Mengubah hijaunya tanaman dengan beton dan cor coran semen yang membuat ketersediaan oksigen berkurang. Mengubah lahan kosong menjadi bangunan tanpa memerhatikan GSB yang di tentukan? Mengubah tradisionalitas menjadi modernisitas. Mengubah gunung menjadi dataran rendah untuk mengambil tanahnya. Mengubah indahnya alam ciptaan Tuhan menjadi jeleknya ciptaan manusia. Apa si penjahat itu merasa dirinya Tuhan yang seenak jidatnya menciptakan sesuatu yang dia rasa di sebut ‘estetika’.
Tuhan menciptakan segala sesuatu amat sangat indah. Kenapa pula di rusak dengan salahnya persepsi manusia dengan yang di sebut keindahan?
Arsitek itu jahat. 
Begitu obyektif.
Orang kaya tentu memiliki hunian tidak sama dengan orang miskin. Mengapa si penjahat begitu membuat kesenjangan social. Dengan membeda bedakan estetika hunian si kaya dan si miskin. Mengapa muncul jurang pemisah hanya karena si arsitek? Jahat bukan. Sementara Tuhan, ia tidak membedakan ciptaannya yang kaya dan miskin. Semua dapat menikmati kenikmatan alam yang Tuhan beri secara gratis. Sementara si penjahat, menciptakan sesuatu dengan tujuan kepentingan ekonomi tentunya.
God must be an architect. Yang menciptakan segala sangat indah.
Tetapi Tuhan tidak jahat.
Yang jahat ialah di arsitek.
*dan saya adalah seorang penjahat.

2 komentar:

  1. Bagus sangat ka...
    terbuka mataku...

    boleh ku copy bwt jadi note ku?

    BalasHapus
  2. Makasih harys . . .
    Jadi semangat buat ngeposting hal2 seru yg lain nih

    BalasHapus